Saturday, April 24, 2010

Strategi (R)Evolusi Sistem Ilmu (+)

SARAN: Sebelum membaca tulisan di bawah ini, sebaiknya lebih dahulu membaca seri tulisan (sementara: 6 - 25/100) yang dibuat sederhana, agar mudah memahami Strategi (R)Evolusi Ilmu Paradigma Baru Milenium III.

Benar ngak sih, Strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (/Panjang) Nasional Negara Republik Indonesia?

LIHAT: (Dokumen penting http://www.ristek.go.id - REFERENSI RPJMN 2010 - 2014 ((Buku I - Buku II - Buku III) Seri tulisan Indonesia Sustainable Superiority: Strategi (R)Evolusi Masa Depan, ARAH DAN MASA DEPAN INDONESIA (21/100)


Benar ngak sih, Agenda Riset Nasional Negara Republik Indonesia?



LIHAT: (Dokumen penting http://www.ristek.go.id - REFERENSI Agenda Riset Nasional. Lihat juga http://www.ristek.go.id - REFERENSI RPJMN 2010 – 2014. (Buku II MEMPERKUAT SINERGI ANTAR BIDANG Bab IV ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI). Seri tulisan Indonesia Sustainable Superiority: Strategi (R)Evolusi Agenda Riset Nasional, AGENDA RISET NASIONAL DAN STRATEGI-TAKTIK-TEKNIK (22/100).

Benar ngak sih, visi Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Negara Republik Indonesia?

LIHAT: (Dokumen penting http://www.ristek.go.id/. REFERENSI Bahan Rakornas Ristek 2010 (Keynote Speech Kebijakan Lintas Sektoral: Menteri Pendidikan Nasional/ Dirjen Dikti tentang Kebijakan Pendidikan untuk membangun Center of Excellence dan peningkatan intellectual capital. KEBIJAKAN DALAM MODAL INSANI DAN PUSAT KEUNGGULAN DI INDONESIA Seri tulisan Indonesia Sustainable Superiority: Strategi (R)Evolusi Visi Pendidikan Nasional, VISI PENDIDIKAN (23/100).

BENAR ngak sih, paham ilmu pengetahuan dipelajari dan diajarkan?

LIHAT: (Berita Penting: Model Ilmu Pengetahuan (-Teknologi-Masyarakat): http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=7982, BERITA KEGIATAN RISTEK, Chaos Menjadi Bagian dari Ilmu Pengetahuan Modern, Selasa 22 Februari 2011. 3RD INTERNATIONAL SYMPOSIUM ON CHAOS REVOLUTION IN SCIENCE, TECHNOLOGY AND SOCIETY (ICR) 2011, Wisma Makara, Universitas Indonesia, Depok. Seri tulisan Indonesia Sustainable Superiority: Strategi (R)Evolusi Model Ilmu Pengetahuan, NEWTONIAN - DALTONIAN - BOHRIAN - EINSTEINIAN - HEISENBERGIAN (24/100)).


BENAR ngak sih, Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia?
LIHAT: (Dokumen penting http://www.depdiknas.go.id/content.php?content=file_renstra, RENSTRA KEMENDIKNAS 2010 – 2014. Capaian Program Indikator Kinerja BAB II KONDISI UMUM PENDIDIKAN 2.1 Analisis Kondisi Internal Lingkungan Pendidikan. 2.1.2 PENDIDIKAN DASAR, Lihat: Tabel 2.4 Capaian Pendidikan Tinggi Tahun 2004 – 2008. Indikator Kinerja Program: Dosen Berkualifikasi S2/S3 (%), Perguruan Tinggi Top 500 Dunia (Peringkat***), Hal 11. 2.3 TANTANGAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN 2010 – 2014. Tantangan-tantangan tersebut adalah sebagai berikut: (19) Mengembangkan kebijakan yang kondusif untuk menghasilkan penguruan tinggi berdaya saing global (World Class University/WCU), Hal 16 (Lihat juga BAB III 4 Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategi T4 (S4.4 dan S4.6), Hal 21. Tabel 4.4 Pentahapan pencapaian Sasaran Strategis dari tujuan strategis T4 (No 4, 5, 6, 7 dan 8). BAB IV Tabel 5.3 Indikator Kinerja Utama Program Pendidikan Tinggi (IKU3.11 dan IKU3.15), Hal 58. Seri tulisan Indonesia Sustainable Superiority: Strategi (R)Evolusi Capaian Program Indikator Kinerja, TEMPAT BELAJAR SEKOLAH DAN KULIAH UNIVERSITAS UNGGUL (25/100).

Strategi (R)Evolusi Sistem Ilmu 
(Studi Kasus (Ilmu) Pengetahuan Klasik)
(Tablomagazine BISNIS No. 17 /I/27 Februari - 12 Maret 2005)
Oleh: Qinimain Zain
FEELING IS BELIEVING. ALAM semesta tidak seperti bermain dadu, selalu ada pola keteraturannya (Albert Einstein)

KAMIS, 09 September 2004, Pusat Penelitian Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Al-Banjary, Banjarmasin, mengadakan seminar The (R)Evolution of Social Science – The Modern Scientific Administration and Management, diikuti oleh rektor, sejumlah dekan, dosen pengajar, karyawan dan mahasiswa. Seminar mengurai akar masalah seluruh manusia untuk memahami kehidupan dan semesta, yaitu sistem ilmu pengetahuan. Sebuah dasar pijakan pengembangan sumber daya manusia baik non-formal maupun formal, apalagi status sekolah, akademi dan universitas.

Pokok bahasan itu demikian penting, yang dapat diketahui dalam pembicaraan apa pun, hanya sedikit saja kata yang berulang kali banyak dikatakan seperti halnya kata sistem. Baik untuk usaha khusus bidang pertanian, manufaktur, teknik, keuangan, pemasaran, pelayanan, komputerisasi, penelitian, sumber daya manusia dan kreativitas, atau lebih luas bidang hukum, ekonomi, politik, budaya, pertahanan, keamanan dan pendidikan. Selalu dikatakan dan ditekankan dalam berbagai forum atau kesempatan membahas apa pun bahwa untuk mengelola apa pun agar baik dan obyektif harus berdasar pada sebuah sistem. Lalu, apa definisi sesungguhnya sebuah sistem, sistem ilmu pengetahuan itu? Menjawabnya mau tidak mau menelusur arti ilmu pengetahuan itu sendiri.

ILMU adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan sistem adalah kumpulan pengetahuan terpadu membentuk prinsip metode rasional untuk tujuan tertentu ((Ilmu) Pengetahuan Klasik)

Ilmu pengetahuan atau science berasal dari kata Latin scientia berarti pengetahuan, berasal dari kata kerja scire artinya mempelajari atau mengetahui (to learn, to know). Sampai abad XVII, kata science diartikan sebagai apa saja yang harus dipelajari oleh seseorang misalnya menjahit atau menunggang kuda. Kemudian, setelah abad XVII, pengertian diperhalus mengacu pada segenap pengetahuan yang teratur (systematic knowledge). Kemudian dari pengertian science sebagai segenap pengetahuan yang teratur lahir cakupan sebagai ilmu eksakta atau alami (natural science). Ilmu eksakta dianggap ilmu pengetahuan karena disusun mencapai hukum, sedang (ilmu) pengetahuan sosial tak memenuhi syarat karena terbukti belum ditemukan hukum ilmiah, anggapan yang dipertahankan para ahli sampai sekarang (2000, QZ). Lalu, apa syarat keteraturan sebuah sistem, sistem ilmu pengetahuan? Belum ada yang mampu menjawabnya!

SESUATU yang rumit bukan berarti tidak mungkin dan sesuatu yang nampak tidak mungkin sering karena hanya tidak ada yang sungguh-sungguh mengusahakannya (Qinimain Zain)

Setelah saya meneliti golongan ilmu mantap seperti kimia, fisika, ekonomi, klimatologi dan lain-lain, dirumuskan dalam paradigma TOTAL QINIMAIN ZAIN: The Strategic-Tactic-Technique Millennium III Conceptual Framework for Sustainable Superiority, TQZ Scientific System (2000) (Lihat Diagram):

Pertama, Total Quality Operation, SY(mbol), Lambang: Mathematical OrderCode, International Code of Nomenclature. TQO Employee fungsinya Operation dengan kode O, TQC Supervisor (Control-C), TQS Manager (Service-S), TQI Senior Manager (Information-I), dan TQT Director (Touch-T) (untuk ilmu sosial).

Contoh ilmu eksakta, Jons Jakob Berzelius (1811) mengemukakan lambang unsur kimia dibentuk dari huruf pertama nama internasional (Latin-)nya seperti Calcium (Ca), Oxygenium (O), Nitrogenium (N), dan sebagainya.

Kedua, Total Quality Control, S(core), Angka: Physical Order – Metric Unit, Reference Frame of Benchmark Standard. Tiga standar satuan ukuran utama adalah Z(ain) untuk Sempurna, Q(uality) untuk Kualitas, dan D(ay) untuk Hari kerja. Simbol D(ay) semula dengan d(ay), karena khawatir D(ay) tersamar dengan D pengertian Dimensi, tetapi atas pertimbangan dalam simbolnya tetap D(ay). Z(ain) berupa TQZ Index Level yang membagi usaha sesuatu atas TQO (1Z)-TQC (2Z)-TQS (3Z)-TQI (4Z)-TQT (5Z), dan Q(uality) berupa TQZ Scale Phase yang membagi segala sesuatu atas nilai Very Good (5Q)-Good (4Q)-Adequate (3Q)-Bad (2Q)-Very Bad (1Q) yang merupakan perbandingan terhadap satu patokan sesuatu. D(ay) berupa TQZ Position Base yang menghitung lama atas segala sesuatu usaha dilakukan dari awal sampai selesai sebagian atau keseluruhan dari TQZ Index Level dan TQZ Scale Phase atas satu hari kerja dengan 7 (tujuh) jam kerja dalam sehari dan 42 (empat puluh dua) jam dalam seminggu.

Contoh padanannya pada eksakta, standar satuan ukuran pokok ditetapkan General Conference on Weights and Measures dengan m(eter) untuk Panjang, kg (kilogram) untuk Massa, s(econd/detik) untuk Waktu.

Ketiga, Total Quality Service, T(able), Skema: Biological Order – Structure, Scientific Imagination Model of Matter Structure. TQZ Benchmark Leap Zonerdinate yang bentuk, struktur dan sifatnya mirip dengan sel mahluk hidup, model atom dari Bohr atau Sistem Tata Surya dari Copernicus. Terdapat siklus inti, tengah, fungsional berputar (rotasi atau evolusi) menuju Kualitas dan berkeliling (revolusi) menuju Kesempurnaan sesuatu selama Hari Kerja.
Contoh eksakta, Nicolaus Copernicus menerbitkan De Revolutionibus Orbium Coelestium model Sistem Tata Surya (1533), Niels Henrik David Bohr dengan kertas kerja On the Constitution of Atoms and Molecules mengusulkan bentuk Model Atom (1913).

Keempat, Total Quality Information, E(ssential), Sifat dasar: Linguistical Order – Theory, Proposition Syllogism of Theory. Ada dua teori, TQZ General Theory berkaitan segala sesuatu mengalami (r)evolusi jika ingin kokoh, tumbuh dan berkembang, serta TQZ Special Theory bahwa untuk kokoh, tumbuh dan berkembang itu mempunyai dasar (posisi berkaitan hari), fase (berbobot berkaitan kualitas) dan level (berbeda berkaitan kesempurnaan), semuanya memiliki lima tahap proses.

Contoh eksakta, Albert Einstein mengumumkan Teori Relativitas Khusus (1905).

Kelima, Total Quality Touch, M(aster), Induk acuan: Psychological Order – Law, Norm of Rules. Ada puluhan TQZ Law sudah dirumuskan. Contoh Hukum XV TQZ yaitu C(ompetency) = I(nstrument). s(cience).m(otivation of Maslow-Zain) artinya Kemampuan sama dengan kualitas nilai relatif dari alat dikalikan dengan ilmu pengetahuan dan dikalikan dengan motivasi.

Contoh eksakta, Isaac Newton mengemukakan Hukum Gerak dan Gaya Berat dalam buku Philosophia Naturalis Principia Mathematica (1687).

Dengan adanya TQZ Scientific System ilmu sosial tercapai sebagai ilmu. Kini, definisi TQZ System adalah kumpulan pengetahuan terpadu memiliki kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukum yang rasional untuk tujuan tertentu, sedang TQZ Science adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis membentuk kaitan terpadu dari kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukum yang rasional untuk tujuan tertentu. Inilah akar segala masalah dan kunci pemecahannya bagi dunia kini dan masa depan.

FUNGSI ilmu adalah memahami keteraturan masa lalu pada masa kini untuk meramalkan, mengendalikan, menerima, merencanakan dan memutuskan masa depan (Qinimain Zain)

Ini demonstrasi aplikasi sederhana untuk usaha apa pun Hukum I TQZ: r(esponsiveness) = Z(ain)/D(ay) artinya Tanggapan sama dengan Kesempurnaan berbanding terbalik dengan Hari. Misal, jika seseorang menerima surat adalah TQI (1Z) (untuk sesuatu yang belum ada siklus mulai TQI, yang sudah ada mulai TQO), TQT Memutuskan membalas (2Z), TQO Menulis balasan (3Z), TQC Mengkoreksi (4Z) dan TQS Mengirim balasan (5Z). Cepat, lambat atau mandek tanggapan terhadap suatu masalah atau kemajuan dapat diukur dengan membandingkan seseorang, organisasi, perusahaan dan pemerintahan antar tahap atau keseluruhan level kesempurnaan seseorang atau organisasi serupa terhadap fungsi hal yang sama. Penerapan hukum ini pada surat dapat dianalogi untuk menanam padi, mesin kapal, gedung, laporan keuangan, iklan produk, pelayanan pelanggan, analisa proyek, riset produk, proses pendidikan atau kemampuan pemecahan masalah, dan lain-lain.

Lantas, apa pengaruh sistem baru ini bagi kemajuan dunia dan ilmu? Untuk ilmu eksakta dan murni berpengaruh sebagai evolusi ilmu, tetapi untuk (ilmu) pengetahuan sosial dan terapan sangat berpengaruh sebagai revolusi, yaitu paradigma TQZ merubah pandangan seluruh apa yang dipahami atau tak dipahami dulu dan teks referensi (ilmu) pengetahuan sosial dan terapan (tercakup pula administrasi dan manajemen) harus ditulis ulang.

KETIKA ilmuwan mengambil keputusan paradigma baru bumi bulat, maka kosa kata dan formulasi bumi datar tak berguna lagi (John Naisbitt)

Tahun-tahun belakangan ini sering diminta memberikan kuliah umum atau seminar ilmiah tentang (r)evolusi ilmu pengetahuan pada organisasi atau universitas di beberapa propinsi lain. Tetapi di Uniska – Al-Banjary demikian berkesan, di akhir acara Muhammad Alfani, rektor, saat itu memimpin langsung do’a bersama semoga mendapat hadiah Nobel. Salah satu target dari dulu yang saya yakin rasanya akan diraih tinggal menunggu waktu saja, sebab ilmuwan lain hanya merumus satu atau dua bagian syarat sistem saja, sedang paradigma TQZ sistem utuh seorang diri, dan banyak yang lain lagi. Tetapi, tujuan hidup sesungguhnya bukanlah penghargaan itu.

BERI aku tuas cukup panjang dan tempat berpijak, akan aku angkat dunia (Archimedes)
BAGAIMANA strategi Anda?
Catatan: Tulisan lanjutan di bawah ini menanggapi banyaknya e-mail yang menanyakan bukti KADALUARSA paradigma (ilmu) pengetahuan sosial lama (termasuk pula administrasi dan manajemen). (Dengan revisi dan penambahan beberapa kutipan).
Strategi (R)Evolusi Evaluasi Milenium III
(Studi Kasus Kilas Balik: Matinya Ilmu Administrasi & Manajemen)
(Harian RADAR Banjarmasin, Jum'at, 04 Januari 2007)
Oleh: Qinimain Zain
FEELING IS BELIEVING. MENGAJARKAN hal yang salah pada siapa pun adalah sebuah kejahatan (Gerald W. Dimock)

SELASA, 1 Januari 2008, Tahun Baru, dan tahun 2007 sekarang, telah menjadi masa lalu. Inilah mengapa bulan awal tahun bernama Januari, diambil dari nama dewa Janus dalam mitologi Yunani – dewa masa lalu, masa sekarang dan masa datang, digambarkan memiliki muka dua yang menghadap berlainan arah, yaitu depan dan belakang. Sehingga karenanya, pada hari awal tahun selain pesta memuja dewa ini, juga momentum melakukan evaluasi baik-buruk atau dicapai-belum di (masa) tahun lalu untuk rencana lebih sukses di (masa) tahun depan.

Lalu dievaluasi dalam, mengapa di milenium ketiga masih saja seminar dan diskusi, buku dan makalah, ulasan dan kritikan berbagai masalah hasilnya terasa hanya omong melompong, tumpukan kata-kata dan sitegang urat leher saja atau hambar, mengambang dan basa-basi, baik saat menyoroti pemberantasan korupsi, kinerja DPR, penanganan bencana lingkungan hidup, peningkatan kualitas pendidikan, pengelolaan pemerintahan, sertifikasi profesi, kepemimpinan dan lain-lain?

INTI masalah adalah bahwa sedikit orang yang menyadari adanya masalah demikian (John C. Vallentyne).

Bila dievaluasi dalam, jawabnya karena (ilmu) pengetahuan sosial paradigma lama krisis belum memenuhi syarat sebuah sistem ilmiah ilmu pengetahuan, sehingga tidak mampu memahami berbagai fenomena sebagai sebuah keteraturan masa lalu pada masa kini, untuk meramalkan dan merencanakan masa depan. Dan, bukti nyata masalah, ini kutipan beberapa buku pegangan belajar dan mengajar universitas besar (yang malah dicetak berulang-ulang):

Contoh, “umumnya dan terutama dalam ilmu-ilmu eksakta dianggap bahwa ilmu pengetahuan disusun dan diatur sekitar hukum-hukum umum yang telah dibuktikan kebenarannya secara empiris (berdasarkan pengalaman). Menemukan hukum-hukum ilmiah inilah yang merupakan tujuan dari penelitian ilmiah. Kalau definisi yang tersebut di atas dipakai sebagai patokan, maka ilmu politik serta ilmu-ilmu sosial lainnya tidak atau belum memenuhi syarat, oleh karena sampai sekarang belum menemukan hukum-hukum ilmiah itu(Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 1982:4, PT Gramedia, cetakan VII, Jakarta).

Juga, “diskusi secara tertulis dalam bidang manajemen, baru dimulai tahun 1900. Sebelumnya, hampir dapat dikatakan belum ada kupasan-kupasan secara tertulis dibidang manajemen. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa manajemen sebagai bidang ilmu pengetahuan, merupakan suatu ilmu pengetahuan yang masih muda. Keadaan demikian ini menyebabkan masih ada orang yang segan mengakuinya sebagai ilmu pengetahuan” (M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, 2005:19, Gajah Mada University Press, cetakan kedelapan belas, Yogyakarta).

Kemudian, “ilmu pengetahuan memiliki beberapa tahap perkembangannya yaitu tahap klasifikasi, lalu tahap komparasi dan kemudian tahap kuantifikasi. Tahap Kuantifikasi, yaitu tahap di mana ilmu pengetahuan tersebut dalam tahap memperhitungkan kematangannya. Dalam tahap ini sudah dapat diukur keberadaannya baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Hanya saja ilmu-ilmu sosial umumnya terbelakang relatif dan sulit diukur dibanding dengan ilmu-ilmu eksakta, karena sampai saat ini baru sosiologi yang mengukuhkan keberadaannya ada tahap ini (Inu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan, 2005:18-19, PT Refika Aditama, cetakan ketiga, Bandung).

Lebih jauh, Sondang P. Siagian dalam Filsafat Administrasi (1990: 23-25, CV. Haji Masagung, cetakan ke 21, Jakarta), sangat jelas menggambarkan fenomena ini dalam tahap perkembangan (pertama sampai empat) ilmu administrasi dan manajemen, yang disempurnakan dengan (r)evolusi paradigma TOTAL QINIMAIN ZAIN: The Strategic-Tactic-Technique Millennium III Conceptual Framework for Sustainable Superiority, TQZ Administration and Management Scientific System of Science (2000):

Pertama, TQO Tahap Survival (1886-1930). Lahirnya ilmu administrasi dan manajemen karena tahun itu lahir gerakan manajemen ilmiah. Tahap para ahli melakukan spesialisasi diri pada (ilmu) bidang ini, serta memperjuangkannya diakui sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan.

Kedua, TQC Tahap Consolidation (1930-1945). Tahap ini dilakukan penyempurnaan prinsip (ilmu) administrasi dan manajemen, sehingga kebenarannya tidak terbantah. Gelar kesarjanaan dalam ilmu administrasi negara dan niaga mulai banyak diberikan oleh lembaga pendidikan tinggi.

Ketiga, TQS Tahap Human Relation (1945-1959). Tahap ini dirumuskan prinsip yang teruji kebenarannya. Perhatian para ahli beralih pada faktor manusia serta hubungan formal dan informal apa yang perlu diciptakan, dibina dan dikembangkan oleh dan antar manusia pada semua tingkat organisasi agar terlaksana kegiatan dalam suasana yang harmonis.

Keempat, TQI Tahap Behavioral (1959-2000). Tahap ini penekanan peran manusia semakin penting dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. Para ahli memusatkan penelitian masalah tingkah laku manusia dalam kerja. Perhatian bukan hanya manusia sebagai mahluk hidup yang punya martabat, kepribadian, tujuan dan cita-cita dan keinginan khas, tetapi sudah tingkah laku mengapa manusia bertindak demikian. Tindakan merugikan dan menguntungkan organisasi diselidiki, agar dapat cara menempuh meningkatkan tujuan organisasi lebih efektif, produktif dan efesien.

Kemudian, Sondang P. Siagian menduga, tahap ini berakhir dan ilmu administrasi dan manajemen akan memasuki tahap matematika, didasarkan gejala penemuan alat modern komputer dalam pengolahan data. (Yang ternyata benar dan saya penuhi, meski penekanan pada sistem ilmiah ilmu pengetahuan, bukan komputer).

Kelima, TQT Tahap Scientific System (2000-Sekarang). Tahap ini setelah terjadi (r)evolusi ilmu pengetahuan sosial (tercakup pula administrasi dan manajemen) dengan dirumuskannya syarat keteraturan sistem ilmiah ilmu pengetahuan, dan ditetapkan kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukumnya (sehingga ilmu pengetahuan sosial sejajar dengan ilmu pengetahuan eksakta) (Lihat, Diagram).

KESALAHAN pertama adalah manusiawi, kesalahan kedua adalah kebodohan (Confusius).

Bandingkan, fenomena serupa juga terjadi saat (ilmu) pengetahuan eksakta krisis paradigma. Lihat keluhan Nicolas Copernicus pada masanya:Ketidaktetapan dalam penyelidikan (astronomis) ini … sehingga mereka bahkan tidak dapat menerangkan atau mengamati panjang yang konstan dari tahun musim. Pada mereka seakan-akan seorang pelukis akan mengumpulkan tangan, kaki, kepala dan anggota-anggota lain bagi lukisannya dari macam-macam model, masing-masing bagian dilukis dengan sangat bagus, tetapi tidak dihubungkan dengan satu tubuh tersendiri, dan karena sama sekali tidak akan cocok satu sama lain, hasilnya akan lebih merupakan monster daripada manusia” (Thomas S. Kuhn, The Copernican Revolution, 1957:138, Cambridge). Juga, Einstein: “Seakan-akan tanah ditarik dari bawah seseorang, tanpa fondasi kokoh yang tampak di mana pun, yang di atasnya ia dapat bangun” (P.A. Achilpp, Albert Einstein: Philosopher-Scientist, 1949:45, Evanston). Kemudian, Wolfgang Pauli: “Saat ini fisika lagi-lagi kacau hingga mengerikan. Bagaimana pun, hal ini terlalu sulit bagi saya, dan alangkah baiknya seandainya saya ini pelawak film atau semacam itu dan saya tidak pernah mendengar tentang fisika”. Lalu, komentar Pauli kurang dari lima bulan kemudian ketika Heisenberg mengemukakan paradigma baru mekanika kuantum. “Jenis mekanika Heisenberg lagi-lagi telah memberikan harapan dan kegembiraan bagi kehidupan saya . yang pasti, ia tidak menyediakan pemecahan bagi teka-teki itu, tetapi saya percaya bahwa telah mungkin lagi bergerak ke depan” (Ralph Kronig, A Memorial Volume to Wolfgang Pauli, 1960:22, 25-26, New York).

KALAU keberhasilan itu hanya terjadi sekali, mungkin kebetulan. Kalau dua kali, mungkin keberuntungan. Kalau itu terjadi tiga kali, berarti luar biasa (Robert M Grant).

Begitulah evaluasi tanda-tanda fenomena sebuah paradigma mengalami krisis (matinya ilmu administrasi dan manajemen) sehingga harus terjadi (r)evolusi oleh paradigma baru agar mampu memahami dan memecahkan masalah yang ada di masa lalu. Dengan kata lain, artinya, selama masih berdasar paradigma lama, tanpa satuan ukuran tak mungkin evaluasi mengukur kinerja DPR, menyoroti pemberantasan korupsi, penanganan bencana lingkungan hidup, peningkatan kualitas pendidikan, pengelolaan pemerintahan, sertifikasi profesi, kepemimpinan atau yang lain. (Dalam ilmu pengetahuan sosial paradigma baru milenium III, saya tetapkan satuan besaran pokok Z(ain) atau Sempurna, Q(uality) atau Kualitas dan D(ay) atau Hari Kerja - sistem ZQD, padanan m(eter), k(ilogram) dan s(econd/detik) ilmu pengetahuan eksakta - sistem mks. Paradigma (ilmu) pengetahuan sosial lama hanya ada skala Rensis A Likert, itu pun tanpa satuan).

Dan, ini adalah pemecahan hitungan lebih dari seratus kali oleh paradigma TQZ menjelaskan dan menjawab berbagai masalah yang ada pada ilmu pengetahuan paradigma lama. Seratus kali lebih!

SEMUA orang mungkin salah, tetapi orang yang baik memperbaiki setelah mengetahui bahwa jalannya salah (Sophocles).

BAGAIMANA strategi Anda?

CATATAN: Tulisan ini lebih dahulu ditampilkan, untuk menunjukkan bukti bahwa betapa para ilmuwan sosial sendiri meragukan cabang (sosiologi) ilmunya, di samping menjawab banyak e-mail sudah sampai ke mana saja penyebaran paradigma TQZ sekarang ini. Selain juga, ucapan terimakasih atas banyaknya dukungan terhadap beberapa kritik. Mengenai kritik, bagi (sikap) saya itu biasa dan sudah diduga. Sejarah mencatat suatu karya (penemuan) besar selalu mendapat kritikan besar pula. Meski demikian, kritik (seburuk apa pun) penting untuk kemajuan dan kesempurnaan apa dan siapa pun. Terimakasih atas segala perhatian berupa pujian, maupun kritiknya. (Tulisan dengan penambahan beberapa kutipan).

Strategi (R)Evolusi
Ilmu Sosial Milenium III
(Kadaluarsa Ilmu: Re-Imagining Sociology)
(Harian RADAR Banjarmasin, Senin, 16 Juni 2008)
Oleh: Qinimain Zain

FEELING IS BELIEVING. MULANYA teori baru diserang dikatakan tidak masuk akal. Kemudian teori tersebut itu diakui benar, tetapi dianggap remeh. Akhirnya, ketika teori itu sangat penting, para penentang akan segera mengaku merekalah yang menemukannya (William James).

KETIKA Dr Heidi Prozesky – sekretaris South African Sociological Association (SASA) meminta TOTAL QINIMAIN ZAIN (TQZ): The Strategic-Tactic-Technique Millennium III Conceptual Framework for Sustainable Superiority (2000) sebagai materi sesi Higher Education and Science Studies pada Konferensi SASA medio 2008 ini, saya tidak terkejut. Paradigma baru The (R)Evolution of Social Science – The New Paradigm Scientific System of Science ini, memang sudah tersebar pada ribuan ilmuwan pada banyak universitas besar di benua Amerika, Afrika, Asia, Eropa dan Australia. Pembicaraan dan pengakuan pentingnya penemuan juga hangat dan mengalir dari mana-mana.

Contoh, dari sekian banyak masalah telah dipecahkan paradigma ini adalah menjawab debat sengit hingga kini keraguan ilmuwan sosial akan cabang sosiologi sebagai ilmu pengetahuan di berbagai belahan dunia. Tanggal 2-5 Desember 2008 nanti, akan digelar The Annual Conference of The Australian Sociological Association (TASA) 2008 di Australia, dengan tema Re-imagining Sociology. (Judul tema Re-Imagining Sociology, diambil dari judul yang sama buku Steve Fuller (2004), seorang profesor sosiologi dari Universitas Warwick, Inggris).

Lalu, apa bukti (dan pemecahan re-imagining sociology dalam paradigma TQZ) masalah sosiologi sampai ilmuwan sosial sendiri meragukannya?

PARADIGMA (ilmu) sosial masih dalam tahap pre-paradigmatik, sebab pengetahuan mengenai manusia tidaklah semudah dalam ilmu alam (Thomas S. Kuhn).

Ada cara sederhana untuk menjadi ilmuwan menemukan (masalah) penemuan (dan memecahkannya) di bidang apa pun, yaitu meneliti seluruh informasi yang ada di bidang itu sebelumnya dari lama hingga terbaru. (Sebuah cara yang mudah tetapi sangat susah bagi mereka yang tidak berminat atau malas). Mengenai informasi dari buku, menurut Isadore Gilbert Mudge, dari penggunaan buku dibagi dua, yaitu buku dimaksudkan untuk dibaca seluruhnya guna keterangan, dan buku yang dimaksudkan untuk ditengok atau dirujuk guna suatu butir keterangan pasti. Keduanya punya kelebihan masing-masing. Yang pertama luas menyeluruh, yang kedua dalam terbatas hal tertentu.

Berkaitan menonjolkan kelebihan pertama, Dadang Supardan (2008: 3-4), menyusun buku Pengantar Ilmu Sosial (Sebuah Kajian Pendekatan Struktural), cetakan pertama, Januari 2008, yang mendapat inspirasi pemikiran ilmuwan sosial Jerome S. Bruner, bahwa mata pelajaran apa pun lebih mudah diajarkan (dan dipahami) secara efektif bila struktur (fakta, konsep, generalisasi, dan teori) disiplin ilmu seluruhnya dipelajari lebih dahulu, yaitu lebih komprehensif, mudah mengingat, mengajarkan, dan mengembangkannya.

KLAIM sah paling umum dan efektif mengajukan paradigma baru adalah memecahkan masalah yang menyebabkan paradigma lama mengalami krisis (Thomas S. Kuhn).

Lalu, apa hubungannya buku pengangan universitas yang baik ini dengan debat keraguan sosiologi?

Dadang Supardan (2008:98), mengutip David Popenoe, menjelaskan jika ilmu sosiologi ingin tetap merupakan sebuah ilmu pengetahuan maka harus merupakan suatu ilmu pengetahuan yang jelas nyata (obvious). Dadang mengungkap, ahli sosiologi sering menyatakan bahwa mereka banyak menghabiskan uang untuk menemukan apa yang sebenarnya hampir semua orang telah mengetahuinya. Sosiologi dihadapkan dengan dunia masyarakat yang sebenarnya tidak begitu aneh, di mana orang-orang yang secara umum sudah akrab ataupun mengenal konsep-konsep yang diperkenalkan dalam bidang sosiologi. Sebaliknya, sebagai pembanding, dalam pokok kajian pada kelompok ilmu kealaman adalah sering berada di luar dunia dari pengalaman sehari-hari. Dalam menjawab permasalahan ilmu pengetahuan alam, temuan kajiannya memberikan ungkapan dalam bahasa dan simbol-simbol di mana kebanyakan orang hampir tidak memahaminya atau benar-benar dibawa dalam pengenalan konsep yang benar-benar baru.

Lalu, inikah bukti kekurangan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan? Ya (salah satunya).
Sebenarnya sangat jelas lagi, masalah sosiologi ini sudah diungkap Dadang Supardan (2008: 4) sendiri di awal dengan mengutip Bruner pula. Menurut Bruner, terdapat tiga tahapan berpikir seorang pembelajar, yaitu enactive, iconic dan symbolic. Enactive terfokus pada ingatan, lalu iconic pola pikir tidak terbatas pada ruang dan waktu, tetapi seluruh informasi tertangkap karena adanya stimulan, kemudian tingkat symbolic, dapat dianalogikan masa operasi formal menurut Piaget. Dalam tahapan terakhir, siswa (dan siapapun – QZ) sudah mampu berpikir abstrak secara keilmuan pada tingkat yang dapat diandalkan, mengingat sudah mampu berpikir analisis, sintesis dan evaluatif.

MENOLAK satu paradigma tanpa sekaligus menggantikannya dengan yang lain adalah menolak ilmu pengetahuan itu sendiri (Thomas S. Kuhn).

Artinya, sosiologi yang dipelajari di sekolah dan universitas tanpa perangkat simbolik selama ini kadaluarsa dan hanya dapat disebut pengetahuan saja. Dan, untuk membuktikan kekurangan sosiologi tak perlu jauh-jauh (meski boleh agar nampak jelas) dengan ilmu kealaman, cukup dengan ilmu pengetahuan mantap masih golongan (ilmu) pengetahuan sosial juga yaitu ilmu ekonomi. Bukankah ilmu ekonomi dianggap ilmu (ratunya golongan ini) karena mencapai tingkat analogi simbolik bahasa ekonomi? (Karena itulah definisi ilmu pengetahuan dalam paradigma baru TQZ bukan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara teratur (sistematis), tetapi kumpulan pengetahuan yang tersusun secara teratur (sistematis), membentuk kaitan terpadu dari kode (symbolic), satuan ukuran, struktur, teori dan hukum yang rasional untuk tujuan tertentu. Untuk ilmu pengetahuan sosial paradigma milenium ketiga telah saya tetapkan International Code of Nomenclature TQO Employee fungsinya Operation dengan kode O, TQC Supervisor (Control-C), TQS Manager (Service – S), TQI Senior Manager (Information – I) dan Director (Touch – T)) (Lihat Diagram).
(Akan diisi, harap tunggu)
Jadi, para ilmuwan sosial, sebenarnya sudah tahu sosiologi yang dipegang selama ini tidak layak disebut sebagai ilmu pengetahuan, meski belum tahu pemecahannya. Lantas, apa pentingnya solusi re-imagining sociology sekarang? Sangat pasti, salah satu cara memahami masyarakat untuk mengatasi krisis dunia (negara, bangsa, daerah, organisasi, usaha dan pribadi) yang semakin kompleks dan buntu selama ini. Dan, bagi lembaga penelitian dan pendidikan baik organisasi dan pribadi harus proaktif berbenah. Adalah fatal dan picik mengajarkan (ilmu) pengetahuan yang (kalau) sudah diketahui kadaluarsa dan salah, di berbagai universitas dan sekolah. Dunia (di berbagai belahan) sudah berubah.

KALAU teori saya terbukti benar, Jerman akan mengakui saya sebagai seorang Jerman dan Prancis menyatakan saya sebagai warga negara dunia. Tetapi kalau salah, Prancis akan menyebut saya seorang Jerman, dan Jerman menyatakan saya seorang Yahudi (Albert Einstein).

BAGAIMANA strategi Anda?

Catatan: Tulisan di bawah ini adalah tanggapan atas beberapa e-mail yang menanyakan, apa masalah utama (peneliti) dalam penelitian sebenarnya (selama ini) untuk menyusun kerangka pikiran ilmu pengetahuan. Kasus Theory of Everything (TOE) ini juga adalah salah satu pencarian ilmuwan sepanjang dua ribu tahun (dua milenium), dan bukti paradigma TQZ mampu menjawabnya.
Tulisan mengalami perubahan tambahan kutipan-kutipan antar alinea.
Strategi (R)Evolusi Filsafat Penelitian Milenium III
(Butanya Dasar Belajar Mengajar: Theory of Everything)
(Harian RADAR Banjarmasin, Sabtu 11 & Senin 13 Oktober 2008)
Oleh: Qinimain Zain

FEELING IS BELIEVING. MEREKA (para peneliti – QZ) seakan-akan pelukis yang mengumpulkan tangan, kaki, kepala dan anggota-anggota lain bagi lukisannya dari macam-macam model. Masing-masing bagian dilukis dengan sangat bagus, tetapi tidak dihubungkan dengan satu tubuh sendiri, dan karena sama sekali tidak akan cocok satu sama lain, hasilnya akan lebih merupakan monster daripada manusia (Nicolas Copernicus).

APAKAH (ilmu) pengetahuan yang terkumpul, dipelajari, dimiliki dan diajarkan selama ini masih berupa monster? Bayangkan sosok gambaran seluruh (ilmu) pengetahuan semesta yang berserakan. Lebih kecil lagi, seluruhnya di satu pustaka. Lebih kecil lagi, di satu cabang ilmu. Lebih kecil lagi, di satu bidang ilmu. Lebih kecil lagi, satu hal sosok gambaran tentang semut, puisi, manajemen atau jembatan saja, terdiri atas potongan kacau banyak sekali. Potongan-potongan tulisan sangat bagus sampai buruk, jelas sampai kabur, dan benar sampai salah besar, yang tak menyatu, tumpang tindih dan bahkan saling bertentangan meski hal yang sama sekalipun. Ini membuat sulit siapa pun meneliti, belajar dan mengajarkan, ditandai dengan polemik panjang.

Mengapa bisa demikian? Ada analogi menarik cerita lima orang buta ingin mengetahui tentang seekor gajah, yang belum pernah tahu gambaran binatang itu. Selain buta, tubuh mereka berbeda-beda tinggi badannya. Mereka pun berbaris berjajar, menghadap seekor gajah besar yang di keluarkan pemiliknya dari kandang. Orang yang pertama agak tinggi badannya, maju meraba bagian depan memegang belalai dan mengatakan gajah itu seperti ular. Yang kedua sedang badannya, meraba mendapati bagian kaki dan mengatakan gajah seperti pohon kelapa. Yang ketiga tinggi badannya, memegang bagian kuping dan mengatakan gajah seperti daun talas. Yang keempat paling pendek badannya, maju di bawah perut gajah tidak memegang apa-apa dan mengatakan gajah seperti udara. Yang kelima pendek tubuhnya, maju meraba bagian belakang memegang ekor dan mengatakan gajah itu seperti pecut. Tentu, pemahaman gajah sesungguhnya dari kelima orang buta ini akan berbeda bila disodorkan gambar ukiran timbul atau patung kecil seekor gajah sebelumnya.

Seperti itulah, siapa pun yang hanya memahami satu sudut pandang cabang (ilmu) pengetahuan sebagai gambaran pemecahan suatu masalah, tanpa luasan pandang menyeluruh (ilmu) pengetahuan. Memang, merupakan hukum alam segala sesuatu yang seragam (besar sedikit jumlahnya) makin lama makin beragam (kecil banyak jumlahnya), dan pada tingkat kekacauan dibutuhkan sistem keteraturan untuk memahaminya sebagai satu kesatuan. Tetapi, nampak (hampir) mustahil (karena tenaga, waktu dan biaya terbatas) mempelajari seluruh cabang (ilmu) pengetahuan mendapatkan pemahaman luas dan dalam semesta untuk suatu masalah. Betapa beruntung dunia andai sosok kecil gambaran satu kesatuan the body of science itu ada. Gambaran rangkuman prinsip-prinsip satu kesamaaan semua hal dari sekian banyak perbedaan dalam semesta, sebuah Theory of Everything (TOE).

JIKA Anda tahu bagaimana alam semesta ini bekerja, Anda dapat mengaturnya (Stephen William Hawking).

Kemudian, bagaimanakah mengetahui seseorang (dan juga diri sendiri) sebenarnya tergolong buta (karena tanpa TOE) terhadap sosok (ilmu) pengetahuan dimiliki sekarang?
Dengan sopan dan rendah hati, semua peneliti, pengajar atau siapa pun bidang apa pun harus menanyakan: Apa prinsip dasar asumsi penelitian, belajar dan mengajar (ilmu) pengetahuan yang diteliti, dimiliki atau diberikan? Jika jawaban berupa kalimat retorika atau basa-basi, mungkin ia (dan kita) tergolong masih buta tentang the body of science hal bidang ilmu pengetahuan itu.

Lalu, apa rangkuman (kecil) prinsip dasar asumsi TOE dalam meneliti, belajar, mengajar dan mengelola ilmu pengetahuan hal apa pun?

KETIDAKMAMPUAN seseorang untuk menjelaskan idenya secara singkat, barangkali dapat merupakan tanda bahwa dia tidak mengetahui pokok persoalan secara jelas (C. Ray Johnson).
Ilmu (obyek empiris) dinyatakan benar ilmu selama asumsi dasar diakui, yaitu ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang teratur (systematic knowledge) (pernyataan yang diterima setelah abad XVII) (The Liang Gie, 1997:380). Tanpa asumsi dasar keyakinan adanya keteraturan ini, proses meneliti, belajar mengajar apa pun yang di bangun di atasnya hanyalah potongan-potongan pengetahuan yang tidak efektif, efesien dan produktif. Seperti pernyataan jernih ilmuwan Carl Sagan, bahwa jika kita hidup di atas sebuah planet di mana segala sesuatu tidak pernah berubah, sedikit sekali yang bisa dikerjakan. Tidak ada yang harus dibayangkan, dan tidak akan ada dorongan untuk bergerak menuju ilmu pengetahuan. Namun jika kita hidup di dalam dunia yang tidak bisa diramalkan di mana semua hal berubah secara acak atau dengan cara sangat rumit, kita juga tidak akan bisa menggambarkan semua keadaan. Di sini juga tidak ada ilmu pengetahuan. Tetapi kita hidup di dalam semesta yang berada di kedua keadaan ini. Di alam ini semua keadaan berubah, tetapi mengikuti pola, aturan, atau mengikuti yang kita katakan sebagai hukum-hukum alam.

Lebih jelas, prinsip dasar asumsi keteraturan ini diurai Jujun S. Suriasumantri (1977:7-9) dengan baik, yaitu obyek empiris (tertentu) itu serupa dengan lainnya seperti bentuk, struktur, sifat dan lain-lain, lalu (sifat) obyek tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu (meski pasti berubah dalam waktu lama yang berbeda-beda), serta tiap gejala obyek bukan bersifat kebetulan (namun memiliki pola tetap urutan sama atau sebab akibat). Akhirnya, saya memastikan rincian prinsip dasar asumsi keteraturan ilmu pengetahuan ini dalam TOTAL QINIMAIN ZAIN (TQZ): The Strategic-Tactic-Technique Millennium III Conceptual Framework for Sustainable Superiority (2000), TQZ Science, bahwa definisi ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang memiliki susunan kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukum yang teratur. (Teratur pada TQZ Scientific System of Science adalah teratur sama dalam fungsi, jumlah, urutan, kaitan, dan paduan menyeluruh di semesta meski hal berbeda apa pun) (lihat, Diagram). Sebuah TOE, jawaban masalah dasar dan besar yang menghantui pikiran manusia selama dua ribu tahun atau dua millennium.
(Diagram akan diisi, mohon tunggu)

TEORI adalah sekelompok asumsi masuk akal dikemukakan untuk menjelaskan hubungan dua atau lebih fakta yang dapat diamati, menyediakan dasar mantap memperkirakan peristiwa masa depan (JAF Stoner).

TOE penting sekali dalam meneliti, belajar mengajar dan mengelola bidang apa pun. Memecahkan suatu masalah sulit, tetapi mengenali (fenomena) masalah lebih sulit lagi. Dengan mengetahui dan memahami TOE, sangat membantu mengenali bila berhadapan atau merasakannya. Misal, seseorang telah disodorkan gambaran prinsip dasar asumsi keteraturan ilmu pengetahuan akan lebih mudah untuk mengambil kesimpulan jika suatu saat menghadapi (fenomena) satu atau banyak masalah, meski belum pernah dikenalnya. Jadi, fungsi TOE – pada TQZ Scientific System of Science tak lain sebuah paradigma scientific imagination benchmarking sistematis, berupa metode synectic kreatif menggunakan metafora dan analogi rinci menuntun suatu usaha memilih jalur proaktif terhadap suatu hal dengan memperhatikan fakta dan kemungkinan yang telah diidentifikasi dan dileluasakan, dengan lima dasar (posisi), fase (kualitas) dan level (sempurna). Suatu mental image atau model ilmiah analogi fenomena semesta dalam bentuk keteraturan yang dapat dipahami.

Contoh sederhana (meski sebagai TOE belum cukup teratur), jika gambaran prinsip dasar asumsi keteraturan tubuh mahluk hidup sempurna memiliki kepala, dada, perut, tangan dan kaki, sedang lainnya berupa bagian tambahan tubuh. Maka, seseorang yang meyakini dan memahami keteraturan ini akan melihat persamaan fungsi tubuh pada ikan gabus, kupu-kupu, monyet, ular dan burung pipit, selain perbedaan bagian itu. Dengan prinsip dasar asumsi keteraturan itu, tubuh mahluk hidup akan lebih mudah diteliti, pelajari dan diajarkan dengan benar, bahkan terhadap mahluk hidup unik lain yang baru dilihat.

KARYA seorang ilmuwan berlandaskan keyakinan bahwa alam pada pokoknya teratur. Bukti yang menunjang keyakinan itu dapat dilihat dengan mata telanjang bukan hanya pada pola sarang lebah atau pola kulit kerang, tetapi ilmuwan juga menemukan keteraturan pada setiap tingkat kehidupan (Henry Margenau).

Bukti monster (ilmu) pengetahuan demikian besar, merugikan dan banyak di sekeliling. Contoh monster-monster itu, dalam seminar dan diskusi, buku dan makalah, ulasan dan kritikan berbagai masalah di mana-mana tidak menyuguh keteraturan. Misal, bahasan mencipta puisi, cara menulis, atau mendefinisikan sesuatu saja, tanpa jelas kepala, tangan, dada, perut, dan kakinya, bahkan tanpa memastikan yang dijelaskan itu adalah bagian kaki atau kepala. Atau lebih parah lagi, tidak diketahui apakah yang disajikan itu kaki, jari, atau gigi, karena jumlahnya demikian tidak tetap dan berbeda. (Perhatikan kesimpulan utama penyebab masalah dan pemecahannya bidang ilmu hal yang sama sekali pun, bisa satu, dua, tiga, empat, lima, enam, sembilan, tujuhbelas, limapuluhdua, dan seterusnya, belum lagi bicara keteraturan urutan dan kaitan antar penyebab atau antar pemecahan yang disebutkan itu). Apalagi membahas masalah mengenai cara mengatasi krisis pangan, krisis energi atau strategi keunggulan usaha (suatu organisasi, daerah, bahkan negara), pasti monster lebih mengerikan.

Contoh nyata monster raksasa, menunjukkan belum teraturnya kelompok ilmu sebagai ilmu pengetahuan. Deobold B. Van Dalen menyatakan, dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam yang telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ilmu-ilmu sosial agak tertinggal di belakang. Beberapa ahli bahkan berpendapat bahwa ilmu-imu sosial takkan pernah menjadi ilmu dalam artian yang sepenuhnya. Di pihak lain terdapat pendapat bahwa secara lambat laun ilmu-ilmu sosial akan berkembang juga meskipun tak akan mencapai derajat keilmuan seperti apa yang dicapai ilmu-ilmu alam. Menurut kalangan lain adalah tak dapat disangkal bahwa dewasa ini ilmu-ilmu sosial masih berada dalam tingkat yang belum dewasa. (Ilmu dalam Persfektif, Jujun S. Suriasumantri, 1977:134). Juga C.A. Van Peursen, dalam tahap perkembangan ilmu pengetahuan kemajuan bidang ilmu alam lebih besar daripada ilmu kehidupan, dan ilmu kehidupan lebih maju dari ilmu kebudayaan (Strategi Kebudayaan: 1976:184-185). Sedang di dunia akademi, berjuta-juta hasil penelitian seluruh dunia kurang berguna dan sukar maju karena berupa monster maha raksasa, tanpa TOE yang merangkai sebagai satu kesatuan the body of science.

Akhirnya, bagaimana mungkin (manusia) siapa pun yang terlibat proses meneliti, belajar, mengajar dan menggunakan ilmu pengetahuan sepanjang hidup dapat berpikir tenang, selama prinsip dasar asumsi keteraturan (ilmu) pengetahuannya belum beres? Sebab, jika prinsip dasar asumsi keteraturan ilmu pengetahuan yang didapat dan diberikan saja kebenarannya meragukan, maka kredibilitas kemampuan, nilai, gelar (dan status) seseorang (dan organisasi) itu pun diragukan. Karena, sebenar atau setinggi apa pun nilai memuaskan didapat dari pendidikan dengan pelajaran bahan yang buruk atau salah, tetaplah buruk atau salah, (setelah mengetahui bagaimana kebenaran suatu hal itu) sebenarnya. Dan, tanpa keteraturan TOE, penelitian dan belajar mengajar, seminar dan diskusi, buku dan makalah, ulasan dan kritikan berbagai masalah terus menghasilkan monster di mana-mana. Banyak buang tenaga, waktu dan biaya percuma. Fatal dan mengerikan.

LEBIH baik menjadi manusia Socrates kritis yang tidak puas, daripada menjadi babi tolol yang puas (John Stuart Mill).

BAGAIMANA strategi Anda?

Strategi (R)Evolusi Satuan Ukuran
(Studi Kasus PT Kymco Lippo)
(Tablomagazine BISNIS No.38/II/23 Januari - 05 Februari 2006)
Oleh: Qinimain Zain

FEELING IS BELIEVING. PRESTASI organisasi adalah ukuran seberapa baik organisasi itu melakukan pekerjaannya (Peter F. Drucker)

KUALITAS Kymco jetmatic telah tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai motor paling tangguh dengan tes performa Jakarta-Bali-Jakarta nonstop 150 jam,” jelas Setiady Sunarta, Manajer Karaniya, dealer Kymco JL Lambung Mangkurat No 19B, Banjarmasin, pada bulan Oktober 2005. Jenis motor matic ini masuk di Banjarmasin sejak tahun 2003. Di Taiwan produsen industri ini berdiri tahun 1963, masuk ke Indonesia tahun 1997 atas PT Kymco Lippo Motor Indonesia sebagai agen tunggal pemegang merk.

Sebagai produk baru yang masuk belakangan di suatu pasar yang ketat persaingan, selain taktik diferensiasi bentuk, mesin dan model seperti Free 100, New Easy 100, New Trend 125, New trend 125 XTR, Metica 125, Metica GS, Metica GLX, Grand Dink, mau tidak mau harus menunjukkan performanya yang unggul dalam bentuk uji coba.

Mengapa harus melakukan strategi demikian?

TIDAK sulit untuk mengambil keputusan, jika mengetahui apa saja nilai-nilai yang menjadi pegangan (Roy Disney)

Setiap orang, setiap hari, setiap waktu, harus mengambil keputusan tentang segala sesuatu. Dari keputusan lama menanak nasi, memisahkan berapa ternak ayam yang sakit, masuk sekolah favorit, membeli motor merk baru, dan sebagainya. Semua harus berdasar nilai dengan ukuran besaran tertentu, secara kuantitatif atau kualitatif. Sehingga, apapun untuk dipilih harus memiliki atau menunjukkan ukuran nilai, nilai yang lebih baik dari yang lain.
Mengukur suatu besaran adalah membandingkan besaran yang diukur itu dengan besaran sejenis yang dipakai sebagai satuan, suatu usaha menyatakan yang diukur itu dengan angka (kuantitatif) dank skala (kualitatif). Mengukur suatu benda, sesungguhnya membandingkan ukurannya itu dengan ukuran suatu alat yang digunakan sebagai pengukur. Bila membandingkan ukuran sesuatu dengan ukuran ‘patokan’, hasil pengukuran itu tentunya dinyatakan dengan ukuran ‘patokan’. Contoh kuantitatif, panjang meja diukur dengan jengkal tangan sebagai patokan, mungkin didapatkan hasilnya 7,5 jengkal tangan. Jengkal tangan, dalam hal ini digunakan sebagai satuan ukuran panjang. Untuk kualitatif, dalam menilai sesuatu umumnya selama ini menggukakan skala ordinal teknik Likert atau Skala Rensis Likert. Skala Likert menggunakan dari skala 1 – 7, bisa juga 1 – 5, misal dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.

Contoh kualitatif, penerapan dalam usaha praktis. Senin, 10 Oktober 2005, Johnny Darmawan, Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor, mengatakan bahwa Toyota Kijang kembali meraih penghargaan Indonesian Customer Satisfaction Award (ISCA) kategori kendaraan non sedan, kelima secara berturut-turut. Penghargaan ini diberikan oleh majalah SWA berkerjasama dengan lembaga riset Frontier serta SWANETWORK, dengan 10.500 responden di kota Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan Makassar. Parameter dengan skala Likert dari nilai 1 sampai 5 untuk Quality Satisfaction Score (QSS), melihat tingkat kepuasan terhadap kualitas produk atau jasa, Value Satisfaction Score (VSS), mengukur kepuasaan terhadap harga berdasarkan kualitas yang diterima dari produk atau jasa, dan Perceived Best Score (PBS), melihat sejauh mana proruk atau jasa yang disurvei dipesepsikan sebagai merk terbaik dibandingkan dengan merk lainnya. Nilai akhir kepuasan atau Total Satisfaction Score diukur dari total kumulasi nilai tiga parameter tersebut, Toyota Kijang menang dengan nilai 4,091, banding yang lain. Contoh lain, PT Telkom pernah mengadakan angket 18 pertanyaan untuk layanan wartel, dari kepetapan perhitungan biaya sampai tempat parkir memadai dengan nilai K(enyataan) 1-7 dan H(arapan) 1-7 skala Likert dari Rensis Likert, selain meminta saran pelanggan terhadap nilai K(enyataan) yang rendah dibanding H(arapan).

Mengukur merupakan kegiatan penting utama cabang ilmu fisika dan TQZ Physicmanagement dalam cabang ilmu murni paradigma TQZ. Dalam pengukuran ada yang mudah dan ada yang rumit. Yang rumit untuk ilmu pengetahuan eksakta seperti untuk kuat cahaya atau kekerasan logam, sedang dalam TQZ Physicmanagement seperti untuk kelimpahan beban kerja atau kederasan informasi.

MENILAI sesuatu itu merupakan suatu usaha untuk menyatakan sesuatu yang dinilai itu dengan skala tertentu (Qinimain Zain)

Lebih jauh, bila skala ukuran nilai Likert ditinjau berdasarkan ilmu administrasi dan manajemen ilmiah modern paradigma TQZ, skala Likert merupakan skala kualitatif tanpa satuan. (R)evolusi skala ukuran nilai ini, dijelaskan dalam paradigma TOTAL QINIMAIN ZAIN: The Strategic-Tactic-Technique Millennium III Conceptual Framework for Sustainable Superiority, TQZ Biomanagement Matrix of Metric Unit, untuk kinerja seseorang (Lihat Diagram).
Mengupas lebih dalam, satuan dapat dipilih sembarang. Benda atau sifat apapun yang memiliki ukuran atau nilai tertentu dapat digunakan. Namun, dengan syarat bila suatu benda atau sifat ingin ditetapkan sebagai satuan, yaitu satuan yang digunakan itu harus dapat diadakan kembali jika diperlukan dan besarnya tetap. Sedang besaran adalah sesuatu yang dapat dinyatakan dengan angka.

Besaran dalam TQZ Physicmanagement, (seperti juga fisika) dibagi dalam dua golongan, yaitu besaran pokok atau besaran dasar dan besaran turunan. Besaran pokok ialah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk mendefinisikan besaran lain. Dalam cabang ilmu paradigma TQZ ini, selain besaran pokok Z(ain) atau Sempurna, Q(uality) atau Kualitas, dan D(ay) atau Hari kerja (sistem ZQD), telah saya tetapkan beberapa besaran pokok ilmu pengetahuan sosial yang penting, yaitu U(rgent) atau Desak, L(ight) atau Jelas, dan F(ast) atau Limpah. Z(ain) atau Sempurna, Q(uality) atau Kualitas dan D(ay) atau Hari kerja, masing-masing tidak berdiri sendiri, tergantung kepada yang lain. Untuk Q(uality) atau TQZ Scale Phase dengan skala Likert, paradigma TQZ tetap dengan skala 1-5 dan memiliki satuan Q, yang dikaitkan dengan satuan D(ay), Hari kerja, yaitu berapa lama waktu kerja mencapai kriteria kualitas skala.

Pada ilmu pengetahuan eksakta, besaran m(eter), k(ilo)g(ram), dan s(econd/detik) (sistem mks),masing-masing berdiri sendiri, dan tidak tergantung pada yang lain.

PRINSIP melakukan analisa produktivitas adalah membandingkan hasil sesuatu sebelum dan sesudahnya (Leilani E. Allen)

Untuk akademisi, praktisi dan teknisi bidang usaha apapun, memerlukan buku acuan kualitas nilai ukuran sesuatu atau buku TQZ Metric Unit Records. Jika buku itu akhirnya tersusun, tentu akan tebal dan berjilid-jilid, sebab satu item satuan ukuran saja berjenis-jenis dirinci. Misal, untuk Q(uality) atau kualitas air. Air, ada air sungai, sumur, hujan, dan sebagainya, serta belum lagi bila diurai air sumur daerah pegunungan, dataran rendah atau rawa. Bisa dibayangkan uraian mengacu sebuah kamus, dari Abaca (pisang Manila) hingga Azure (Kebiruan langit), lalu Bable (Ocehan), Cab (Tempat duduk), Dab (Colek), Each (Tiap-tiap), Fable (Dongeng), Gab (Bual), Ha (Seru teriak), Iambic (Pertentangan bunyi), Jab (Tusukan), Kaiser (Maharaja), Label (Etiket), Macabre (Menakutkan), Nail (Paku), Oak (Pohon ek), Pace (Langkah), Quack (Dukun), Rabbit (Kelinci), Saber (Pedang) Table (Meja), Udder (Ambing), Vacant (Kosong), Wacky (Sinting), Xenophobe (Benci sesuatu atau orang asing), Yacht (Kapal layar) diurai jenis tertentu, akhirnya Zany (Jenaka) hingga Zoom (Menanjak).

Menunggu buku ideal itu yang entah selesai kapan, untuk keperluan mendesak mengelola usaha sehari-hari, lebih baik membuat catatan kecil dimulai dari kepentingan bidang masing-masing, pada pekerjaan sendiri. Caranya, buat TQZ Physicmanagement Metric Unit berupa lembar dengan TQZ Biomanagement Matrix dengan unsur 5 X 5, kemudian rinci kriteria kualitasnya. Upayakan kriteria kualitas standar hasil masukan dan kesepakatan seluruh level organisasi dari karyawan, pengawas, manajer, senior manajer dan direktur, sehingga mengikat. Dengan demikian, patokan satuan kualitas telah ditetapkan, yang berarti dapat digunakan mengukur turun-naik hasil kualitas apa dan siapa pun bila dikaitkan dengan D(ay), Hari kerja.

Memang, kriteria dapat dan akan berubah karena adanya perbaikan atau inovasi baru. Seperti catatan rekor dunia, akan berubah bila yang memecahkannya. Kriteria lama diganti dengan kriteria baru sebagai acuan.

Kembali ke Kymco Jetmatic yang tercatat pada MURI. Menurut Setiady Sunarta, selain kualitas yang ditawarkan sangat cocok dengan karakter masyarakat Banjarmasin yang agamis. “Ibu-ibu kan ada yang pakai baju kurung atau baju yang menutupi hingga mata kaki. Sedang Bapak-bapaknya kalau ke mesjid pakai sarung. Nah, tekstur motor Kymco sangat sesuai dengan cara berpakaian tersebut. Belum lagi kalau musim hujan. Biasanya kalau kerja dengan motor bebek sudah dipastikan kaki akan diangkat ke atas untuk menghindari kotor karena posisi pedal yang berada di bawah. Pengguna Kymco tak perlu repot lagi harus melakukan adegan angkat kaki. Karena posisi kaki di atas dan terlindungi.”
Seharusnya, semua produk atau jasa, terutama produk baru, melakukan strategi seperti ini. Membuat penilaian terhadap setiap fungsi produk atau jasa dengan TQZ Biomanagement Metric Unit Matrix, oleh lembaga lain atau perusahaan sendiri, membandingkan fungsi ideal harapan konsumen dengan kenyataan pada situasi tertentu, bersama pesaing. Misal, TQZ Dimension of Quality yaitu, (TQO) kemudahan - keandalan, (TQC) daya guna teknologi - efesiensi, (TQS) harga pasar - tanggapan layanan, (TQI) keindahan - asesori, (TQT) reputasi - hadiah. Untuk otomotif, bentuknya bisa kejuaraan lomba irit BBM, lintas alam, atau adu cepat, dan lain-lain. Inilah yang ditonjolkan dalam layanan atau promosi, sehingga membuat keputusan konsumen bernilai menjadi pilihan. Selain, mengetahui di mana harus berbenah.

SITUASI menimbulkan pengukuran, pengukuran menimbulkan penilaian, penilaian menimbulkan analisa, analisa menimbulkan pertimbangan kesempatan, dan pertimbangan kesempatan menimbulkan kemenangan (Sun Tzu)

BAGAIMANA strategi Anda?


Catatan: Tulisan lanjutan di bawah ini adalah tanggapan atas beberapa e-mail yang menanyakan contoh penerapan satuan ukuran paradigma baru memecahkan masalah praktis yang dihadapi. Kasus Polemik Sastra (baca: Seni) ini adalah salah satu polemik sengit panjang dua ribu tahun (dua milenium), dan bukti paradigma TQZ mampu menjawabnya.Tulisan mengalami perubahan tambahan kutipan-kutipan antar alinea.


Strategi (R)Evolusi Paradigma Baru

Kongres Cerpen Indonesia V
(Studi Kasus Ukuran dan Nilai Karya Sastra)
(Harian RADAR Banjarmasin, Jum'at 26 Oktober 2007)
Oleh: Qinimain Zain


FEELING IS BELIEVING. ILMU diukur dari kekuatannya merumuskan hukum-hukum yang berlaku umum dan hubungannya atas kenyataan, seni dinilai dari pergulatannya dengan hal-hal yang partikular dan penciptaannya atas sesuatu yang belum ada dalam kenyataan (Nirwan Ahmad Arsuka).

JUM’AT, Sabtu dan Minggu, 26-28 Oktober 2007 ini, berlangsung Kongres Cerpen Indonesia V di Taman Budaya, Banjarmasin, yang rencana dibuka orasi budaya oleh Wakil Gubernur Kalimantan Selatan, HM Rosehan Noor Bachri, yang dihadiri ratusan sastrawan, budayawan dan intelektual seluruh Indonesia. Dan, panitia sudah memastikan akan tampil pembicara hebat seperti Lan Fang, Korie Layun Rampan, Jamal T. Suryanata, Agus Noor, Saut Situmorang, Nirwan Ahmad Arsuka, Ahmadun Yosi Herfanda, Katrin Bandel, dan Triyanto Triwikromo. Dari forum ini diharapkan banyak masukan kemajuan. Sedang, tulisan ini hanyalah oleh-oleh kecil dari saya (Kalsel) akan masalah polemik panjang Taufiq Ismail-Hudan Hidayat yang masih jadi ganjalan.