Masalah (Mata Baru)
Indonesia
Science Valley 2: (Feeling Is Believing)
Lalu, apa sih masalah (mata baru) Indonesia (dan juga dunia)?
TINDAKAN sebenarnya dalam penemuan apa pun bukanlah
menemukan tanah baru, melainkan melihat dengan pandangan mata baru (Marcel
Proust).
Sebagian
orang bilang ada keberhasilan karena keberuntungan atau kebetulan, tetapi
sesungguhnya tak ada. Itu pasti karena tanggap melihat peluang dan bekerja
keras meraihnya.
Berawal
bekerja mengumpulkan informasi dan membuat ilustrasi pada seorang ilmuwan kelas
dunia untuk membuat buku kelas dunia di lembaga internasional, begitu berharga.
Setiap kali membaca nama tercantum diucapan terimakasih dan membolak-balik
halaman buku berisi ilustrasi dengan inisial nama di sana, begitu membanggakan.
Semangat menggelora: Aku pasti bisa juga!
Berikutnya,
bekerja di pemerintahan dan kemudian di perusahaan swasta besar Indonesia. Jika
yang lain berkerja hanya untuk mendapatkan gaji dan jabatan, saya menambahkan tekun
lebih sepuluh tahun mengumpulkan fakta segala (ilmu) pengetahuan dan fenomena
nyata masalah di lapangan, lalu melahap berbagai buku di banyak pustaka
meragukan teori yang sudah ada, kemudian membuat hipotesa sendiri. Grounded
research. Setelahnya menangani banyak usaha, beragam bidang dan ukuran. Akhirnya,
selaku konsultan bertahun-tahun mengujinya pada berbagai usaha yang ditangani
menjadi teori dan puncaknya menyajikan dikritisi di forum akademi. Grounded
Theory. Sebuah pandangan mata baru, suatu (R)Evolusi Ilmu - Paradigma Baru
Milenium III.
Lantas, apa yang
dirasakan di lapangan?
(Ilmu) pengetahuan
sosial masih kacau, termasuk (ilmu) pengetahuan adminstrasi dan manajemen.
Banyak ilmuwan menyatakan (Ilmu) Pengetahuan Sosial masih terbelakang atau
belum bisa dikategorikan ilmu, dibanding Ilmu Alam. “Paradigma ialah apa yang
dimiliki bersama oleh anggota-anggota suatu masyarakat sains (ilmu – QZ), dan,
sebaliknya, masyarakat sains terdiri atas orang-orang yang memiliki suatu
paradigma bersama. Tanpa mengacu kepada sifat unsur-unsur bersama ini, banyak
aspek sains ... tak dapat dipahami” (Thomas S. Kuhn, 2000: 171). Ada “Transisi
dari periode praparadigma ke periode pascaparadigma dalam perkembangan suatu
bidang sains. Sebelum itu terjadi,
sejumlah aliran mempersaingkan dominasi suatu bidang tertentu. Kemudian,
segera setelah pencapaian sains yang
penting, jumlah aliran itu sangat berkurang, biasanya sampai tinggal satu, dan
mulailah modus praktek sains yang lebih efesien (Thomas S. Kuhn, 2000: 173). Dan, Indonesia (juga dunia) dalam praparadigma
ilmu.
Lalu, bagaimana bisa
memiliki paradigma atau pandangan mata baru?
Ada kenyataan menarik,
orang-orang yang terkemuka (ilmu) pengetahuan administrasi dan manajemen bukan
berlatar pendidikan (Ilmu) Pengetahuan Sosial. Frederick Winslow Taylor, Bapak Gerakan
Manajemen Ilmiah, praktisi sarjana pertambangan. Henri
Fayol, Bapak Teori Administrasi Modern, praktisi
sarjana pertambangan. Kauro
Ishikawa, Bapak Total Quality Control, sarjana kimia.
Yang lain, Stuart Crainer menulis dalam buku The Jack Welch Secrets (1999), CEO
General Electric yang hebat John Francis Welch sarjana kimia, Tom Peters
insinyur sipil, Michael E. Porter insinyur penerbangan, Henry Mintzberg juga
insinyur, dan Kenichi Ohmae ahli strategi adalah pakar fisika nuklir.
Dengan latar pendidikan Ilmu Esakta (insinyur) kemudian
dilanjutkan dengan (Ilmu) Pengetahuan Sosial – administrasi dan manajemen, saya
memiliki pandangan mata baru majemuk dari ilmu teknik, ilmu alam atau ilmu
kedokteran. Saya mencoba memahami fenomena pengetahuan sosial dari golongan
ilmu yang lebih matang seperti matematika, fisika, kimia, biologi, ekologi,
klimatologi, geologi, taksanomi, botanometri, genetika dan lain-lain, yang
mungkin sulit dipahami oleh seorang berpendidikan (Ilmu) Pengetahuan Sosial
saja.
Contoh,
inilah mengapa mampu merumuskan syarat ketiga TQZ
Scientific System of Science, Total Quality Service, T(able),
Skema: Biological Order – Structure, Scientific Imagination Model of Matter
Structure. TQZ Benchmark Leap Zonerdinate yang bentuk, struktur dan sifatnya
mirip dengan sel mahluk hidup, model atom dari Bohr atau Sistem Tata Surya dari
Copernicus. Terdapat siklus inti, tengah, fungsional berputar (rotasi atau
evolusi) menuju Kualitas (Q atau Quality) dan berkeliling
(revolusi) menuju Sempurna (Z atau Zain) dari sesuatu
selama Hari Kerja (D atau Day). Bandingan ilmu Alam, Nicolaus
Copernicus menerbitkan De Revolutionibus Orbium Coelestium model Sistem Tata
Surya (1533), Niels Henrik David Bohr dengan kertas kerja On the Constitution
of Atoms and Molecules mengusulkan bentuk Model Atom (1913). Dan, pandangan mata baru majemuk itu pulalah membuat sistem hubungan
seluruh golongan Ilmu Eksakta, Alam dan Sosial dalam satu kesatuan TQZ Hologeny
of Science.
Simpulnya, semua hal tak
begitu saja turun dari langit atau muncul dari balik meja, semua dari praktek lapangan.
Dari kenyataan.
Jadi, jelas masalah (mata baru)
Indonesia (dan dunia)? Mari kita memecahkan
masalah yang ada dengan pandangan mata baru – (R)Evolusi Ilmu – Paradigma
Milenium III. Semoga lebih baik.
KALAU tahu
betapa kerasnya saya belajar dan bekerja, pasti tak akan ada yang mengatakan
saya seorang jenius (Michelangelo)
BAGAIMANA Strategi Anda?
Rujukan: Copyright © Qinimain Zain
1. Thomas Samuel Kuhn, The Structure of Scientific
Revolutions – Peran Paradigma dalam Revolusi Sains, 2000:171, PT Remaja
Rosda Karya, Cetakan ketiga, Bandung
2. Thomas S. Kuhn menulis buku The Structure of Scientific
Revolutions di Palo Alto Center for Scholars, dikelilingi oleh para ilmuwan
sosial, ketika ia mengamati bahwa mereka tidak pernah dalam perjanjian pada
teori atau konsep. Ia menjelaskan bahwa ia menulis buku ini tepat untuk
menunjukkan bahwa tidak ada, tidak akan ada apapun, paradigma dalam
ilmu sosial”. (http://en.wikipedia.org/wiki/Paradigm).