Masalah (Sesungguhnya)
Indonesia
Science Valley 3: (Tak Sungguh-Sungguh Kritik
Diri Sendiri)
Lalu, apa sih masalah (sesungguhnya) Indonesia?
MANAKALA kita mencoba mengajukan suatu pemecahan atas sebuah persoalan,
kita harus mencoba semampu kita menjatuhkan pemecahan kita, ketimbang
mempertahankannya. Sayangnya, hanya sedikit sekali dari kita yang melaksanakan
ajaran ini; namun untungnya, orang lain akan mengajukan kritik kepada kita jika
kita gagal mengajukannya pada diri kita sendiri. Namun kritik akan bermanfaat
hanya jika kita menguraikan persoalan kita sejelas yang kita bisa lakukan dan
mengajukan pemecahan kita dalam suatu bentuk yang pasti – suatu bentuk di mana
ia dapat didiskusikan secara kritis (Karl R. Popper – The Logic of
Scientific Discovery).
Tak ada cara lain lebih baik atau ilmiah
seorang ilmuwan untuk membuktikan suatu tesis ilmuwan lain benar, kurang tepat
dan bahkan salah atau kadaluarsa, selain membandingkan kekurangan dengan
kelebihan tesisnya. Ini sekaligus terbuka tesisnya untuk diuji ilmiah secara
kritis pula oleh siapa pun dan kapan pun. Jika tidak, akan buang tenaga, bahan,
biaya, waktu, dan pikiran saja.
Begitu
pula mengemukakan (R)Evolusi Ilmu - Paradigma
Baru Milenium III (2000) ini.
Secara bersamaan, berarti menyatakan Paradigma Lama
(Ilmu) Pengetahuan,
khususnya (Ilmu) Pengetahuan
Sosial (beserta bidang (ilmu) pengetahuannya) harus direvisi, ketinggalan, tidak berlaku lagi atau kadaluarsa. Sebuah
sebab akibat yang pasti, yang harus dibuktikan secara jelas.
Sebaliknya, ulasan ini bentuk upaya kritis Paradigma Baru
Milenium III menjawab ulang masalah yang telah pecahkan dengan paradigma (ilmu)
pengetahuan lama, serta menjawab masalah yang tidak atau belum bisa dipecahkan.
Dengan membandingkan dan memecahkan masalah itu, sekaligus menguji dan
membuktikan keunggulan paradigma baru pada rujukan yang telah ditulis paradigma
lama sebelumnya.
Banyak buku bahan pelajaran (ilmu) pengetahuan paradigma
lama sulit dipahami, kadaluarsa dan keliru atau salah dalam Paradigma Milenium
III. Yang parah, setiap hari, dari minggu ke bulan bertahun-tahun buku-buku itu
menjadi acuan belajar mengajar, mengelola dan meneliti suatu hal berjuta-juta
orang. Apa yang dihasilkan pemikiran, lulusan, produk dan penelitian dari acuan
yang ternyata buruk, keliru, atau bahkan salah? Menakutkan.
Seri tulisan berikutnya, juga usaha membuat buku yang
dicermati agar lebih mudah, lebih baru dan lebih benar, sehingga ilmu semakin
cepat kokoh, tumbuh dan berkembang. Akhirnya, diharapkan lebih berguna bagi
kemajuan kehidupan.
Lantas, kembali apakah benar
semua sungguh mau Indonesia lebih baik?
Jawabnya, pasti: Ya! Tetapi,
apakah benar-benar atau sungguh-sungguh semua mau Indonesia lebih baik?
Jawabnya, mungkin: Tidak! Malas!
Benar, semua ingin lebih baik,
tetapi tidak semua sungguh-sungguh berani mengkritik diri sendiri mencari kelemahan
atau kesalahan pada apa yang dilakukan atau diharapkan, kemudian memperbaikinya
dengan sungguh-sungguh. Tanpa keberanian itu, tak akan ada kemajuan. Kemajuan
diri sendiri, Indonesia dan dunia.
Jadi, jelas masalah (sesungguhnya)
Indonesia? Dengan segala hormat dan penghargaan
kepada ilmuwan-ilmuwan penulis paradigma lama (ilmu) pengetahuan terdahulu. Mari
kita bahas isi buku-buku yang masih kacau, kedaluarsa atau keliru dari sudut
pandang (R)Evolusi Ilmu – Paradigma Baru Milenium III. Meski demikian, sampai sekarang pun, berharap ada yang lebih
kritis terhadap paradigma baru ini. Kalau mungkin, menjatuhkan dengan paradigma
yang lebih baik lagi dalam memecahkan masalah dunia, manusia dan kehidupan.
JIKA
saya telah melihat lebih jauh dari orang lain, itu adalah karena berdiri di
atas bahu raksasa (ilmuwan-ilmuwan pendahulu) (Isaac Newton).
BAGAIMANA Strategi Anda?
Catatan: Copyright © Qinimain Zain
1. Qinimain Zain, (R)Evolusi Ilmu - Paradigma
Baru Milenium III :The Scientific System of Science - TOTAL QINIMAIN
ZAIN (TQZ): The Strategic-Tactic-Technique Millennium
III Conceptual Framework for Sustainable Superiority (2000), pertama diperkenalkan pada forum akademi menjelang tahun 2000.