Saturday, April 24, 2010

Strategi (R)Evolusi (33/100)


Masalah (Sesungguhnya) Indonesia
Science Valley 3: (Tak Sungguh-Sungguh Kritik Diri Sendiri)

Lalu, apa sih masalah (sesungguhnya) Indonesia?

MANAKALA kita mencoba mengajukan suatu pemecahan atas sebuah persoalan, kita harus mencoba semampu kita menjatuhkan pemecahan kita, ketimbang mempertahankannya. Sayangnya, hanya sedikit sekali dari kita yang melaksanakan ajaran ini; namun untungnya, orang lain akan mengajukan kritik kepada kita jika kita gagal mengajukannya pada diri kita sendiri. Namun kritik akan bermanfaat hanya jika kita menguraikan persoalan kita sejelas yang kita bisa lakukan dan mengajukan pemecahan kita dalam suatu bentuk yang pasti – suatu bentuk di mana ia dapat didiskusikan secara kritis (Karl R. Popper – The Logic of Scientific Discovery). 

Tak ada cara lain lebih baik atau ilmiah seorang ilmuwan untuk membuktikan suatu tesis ilmuwan lain benar, kurang tepat dan bahkan salah atau kadaluarsa, selain membandingkan kekurangan dengan kelebihan tesisnya. Ini sekaligus terbuka tesisnya untuk diuji ilmiah secara kritis pula oleh siapa pun dan kapan pun. Jika tidak, akan buang tenaga, bahan, biaya, waktu, dan pikiran saja.

Begitu pula mengemukakan (R)Evolusi Ilmu - Paradigma Baru Milenium III (2000) ini. Secara bersamaan, berarti menyatakan Paradigma Lama (Ilmu) Pengetahuan, khususnya (Ilmu) Pengetahuan Sosial (beserta bidang (ilmu) pengetahuannya) harus direvisi, ketinggalan, tidak berlaku lagi atau kadaluarsa. Sebuah sebab akibat yang pasti, yang harus dibuktikan secara jelas.

Sebaliknya, ulasan ini bentuk upaya kritis Paradigma Baru Milenium III menjawab ulang masalah yang telah pecahkan dengan paradigma (ilmu) pengetahuan lama, serta menjawab masalah yang tidak atau belum bisa dipecahkan. Dengan membandingkan dan memecahkan masalah itu, sekaligus menguji dan membuktikan keunggulan paradigma baru pada rujukan yang telah ditulis paradigma lama sebelumnya.

Banyak buku bahan pelajaran (ilmu) pengetahuan paradigma lama sulit dipahami, kadaluarsa dan keliru atau salah dalam Paradigma Milenium III. Yang parah, setiap hari, dari minggu ke bulan bertahun-tahun buku-buku itu menjadi acuan belajar mengajar, mengelola dan meneliti suatu hal berjuta-juta orang. Apa yang dihasilkan pemikiran, lulusan, produk dan penelitian dari acuan yang ternyata buruk, keliru, atau bahkan salah? Menakutkan.

Seri tulisan berikutnya, juga usaha membuat buku yang dicermati agar lebih mudah, lebih baru dan lebih benar, sehingga ilmu semakin cepat kokoh, tumbuh dan berkembang. Akhirnya, diharapkan lebih berguna bagi kemajuan kehidupan.

Lantas, kembali apakah benar semua sungguh mau Indonesia lebih baik?

Jawabnya, pasti: Ya! Tetapi, apakah benar-benar atau sungguh-sungguh semua mau Indonesia lebih baik? Jawabnya, mungkin: Tidak! Malas!

Benar, semua ingin lebih baik, tetapi tidak semua sungguh-sungguh berani mengkritik diri sendiri mencari kelemahan atau kesalahan pada apa yang dilakukan atau diharapkan, kemudian memperbaikinya dengan sungguh-sungguh. Tanpa keberanian itu, tak akan ada kemajuan. Kemajuan diri sendiri,  Indonesia dan dunia.

Jadi, jelas masalah (sesungguhnya) Indonesia? Dengan segala hormat dan penghargaan kepada ilmuwan-ilmuwan penulis paradigma lama (ilmu) pengetahuan terdahulu. Mari kita bahas isi buku-buku yang masih kacau, kedaluarsa atau keliru dari sudut pandang (R)Evolusi Ilmu – Paradigma Baru Milenium III. Meski demikian, sampai sekarang pun, berharap ada yang lebih kritis terhadap paradigma baru ini. Kalau mungkin, menjatuhkan dengan paradigma yang lebih baik lagi dalam memecahkan masalah dunia, manusia dan kehidupan.

JIKA saya telah melihat lebih jauh dari orang lain, itu adalah karena berdiri di atas bahu raksasa (ilmuwan-ilmuwan pendahulu) (Isaac Newton).
BAGAIMANA Strategi Anda?
Catatan: Copyright © Qinimain Zain
1.     Qinimain Zain, (R)Evolusi Ilmu - Paradigma Baru Milenium III :The Scientific System of Science - TOTAL QINIMAIN ZAIN (TQZ): The Strategic-Tactic-Technique Millennium III Conceptual Framework for Sustainable Superiority (2000), pertama diperkenalkan pada forum akademi menjelang tahun 2000.